Baca Juga
CERITA KELUARGA ini semoga menjadi inspirasi kita semua, agar kita selalu tabah dalam menjalani setiap masalah dan permasalahan serta ujian dan cobaan yang datang silih berganti untuk menguji segala kesabaran kita.
mbok inah seorang penjual sayuran keliling yang bermodalkan pas pasan dan selalu mengambil keuntungan sedikit untuk makan sehari harinya. mbok inah tinggal seorang diri anaknya merantau sudah 8 tahun tidak ada kabarnya sedangkan suaminya sudah lama meninggal. pada suatu hari mbok inah pergi kepasar untuk belanja sayuran, pagi pagi buta mbok inah sudah mengayuh sepeda untuk membeli sayuran yang segar agar bisa di jual sampai sore nanti.
setelah pulang dari pasar mbok inah mengemas dagangannya di keranjang sayur yang menempel di sepeda kesayangan mbok inah. mbok inah berangkat keliling kampung menjual sayuran yang masih segar namun hari semakin mendung akhirnya hujan pun turaun dengan derasnya kemuian mbok inah berteduh di sebuah gubuk kosong. mbok inah menunggu hujan reda yang tak kunjung berhenti akhirnya mbok inah memaksakan diri untuk berjualan karena jika sayuran tidak segera dijual maka akan layu dan tidak laku lagi.
hampir sepertiga kampung sudah dilewati namun tak satupun orang yang memanggil untuk membeli sayuran mbok inah, waktu sudah hampir sore mbok inah melanjutkan menuju arah pulang dengan harapan ada yang membeli sayuran untuk makan besok. adzan magrib sudah tiba mbok inah sampai dirumahnyakemudian mbok inah bergegas mandi dan melaksanakan shalat magrib.
keesokan harinya mbok inah kembali keliling desa namun dagangan yang dibawa mbok inah sudah tidak segar lagi karena mbok inah tidak punya uang untuk belanja kembali tabungannya sudah di ambil untuk membetulkan sepeda yang biasa dinakin berjualan. hari ini pun orang kampung tidak ada yang membeli sayurnya mereka rupanya sudah berlangganan denga toko sayuran yang berada di persimpangan jalan.
malam harinya mbok inah memikirkan nasib yang dialaminya sudah dua hari berturut turut daganannya tidak laku terjual. sayuran yang tidak laku tersebut akhirnya di masak untuk besok sisanya dikasihkan tetangga untuk dimasak karena sayang jika tidak dimasak layu dan mubazir. keesokan pagi harinya mbok inah berangkat kepasar untuk membeli sayuran dengan modal menjual radio satu satunya yang biasa menemani hari hari menghibur dirumah.
kali ini mbok inah dengan penuh semangat menjual sayuran berharap kali ini jualannya laris sehingga bisa mengembalikan modal yang kemarin tidak kembali, hari sudah memasuki senja , mbok inah dengan tubuh yang letih memasuki pekarangan rumahnya, kemudian bergegas mengambil air wudlu dan melaksanakan shalat magrib. selesai shalat mbok inah kembali melamun, ternyata hari inipun sayuran tidak laku terjual. seandainya besok dijual lagi maka hanya rasa capek yang didapat. lagipun sekarang sudah ada toko sayuran yang lebih lengkap sehingga warga memilih berbelanja disana. mbok inah menatap tudung saji yang menutupi makan malamnya. kemudian menatap isi keranjang dagangan. dia ingat pepatah " jika payung sudah tidak mampu menutupi badanmu dari air hujan setidaknya masih bisa meutupi anda dari terik matahari" .
malam ini mbok inah tidak jadi langsung tidur dia memotongi sayuran yang tidak laku dijual, kemudian mencucinya bersih. lalu mbok inah tidur sebentar hingga pukul 2 pagi.
mbok inah terbangun lalu menghampiri sayuran yang telah dibersihkan semalam sebelum tidur kemudian mbok inah memasak sayuran tersebut menjadi beberapa macam. ditaruhnya sayuran yang sudah dimasak kedalam wadah dan dimasukan kedalam keranjang. jam 6 pagi semua sudah siap mbok inah selesai mandi langsung mengayuh sepedanya keliling kampung menawarkan sayuran yang sudah masak.
rupanya ibu ibu pada tertarik untuk membeli sayuran yang dijual mbok inah, karena sebagian dari mereka ada yang sibuk dan tidak sempat memasak untuk anak dan suaminya yang hendak berangkat menuju tempat kerja. ada juga anak anak kos yang ingin terkadang tidak sempat masak dan ingin berhemat. alhasil dagangan mbok inah cepat habis terjual bahkan sewaktu pulang diperjalanan para ibu ibu mengatakan kalau dia puas dengan masakan mbok inah hal ini terbukti suami dan anak mereka sangat senang.
dari cerita mbok inah yang awalnya adalah pedagang sayuran kemudian beralih menjadi penjual sayur masak, telah mengispirasi kepada kita semua bahwa setiap cobaan dan permasalahan bukanlah sebuah hukuman melainkan sebuah pesan yang disampaikan oleh Tuhan YME melalui berbagai cara agar kita mau berfikir dalam menghadapi situasi yang setiap saat pasti berubah. seperti sebatang pohon kelapa sewaktu dia masih hidup sangat bermanfaat buahnya namun sewaktu pohonnya mati dia haris menerima jika batang dan daunnya digunakan untuk kayu bakar. pada intinya setiap kita diberi cobaan haruslah selalu berfikir sebuah pesan tidak tertulis yang harus kita terjemahkan sendiri dengan segala usaha yang diridloi oleh Alloh SWT.
mbok inah seorang penjual sayuran keliling yang bermodalkan pas pasan dan selalu mengambil keuntungan sedikit untuk makan sehari harinya. mbok inah tinggal seorang diri anaknya merantau sudah 8 tahun tidak ada kabarnya sedangkan suaminya sudah lama meninggal. pada suatu hari mbok inah pergi kepasar untuk belanja sayuran, pagi pagi buta mbok inah sudah mengayuh sepeda untuk membeli sayuran yang segar agar bisa di jual sampai sore nanti.
setelah pulang dari pasar mbok inah mengemas dagangannya di keranjang sayur yang menempel di sepeda kesayangan mbok inah. mbok inah berangkat keliling kampung menjual sayuran yang masih segar namun hari semakin mendung akhirnya hujan pun turaun dengan derasnya kemuian mbok inah berteduh di sebuah gubuk kosong. mbok inah menunggu hujan reda yang tak kunjung berhenti akhirnya mbok inah memaksakan diri untuk berjualan karena jika sayuran tidak segera dijual maka akan layu dan tidak laku lagi.
hampir sepertiga kampung sudah dilewati namun tak satupun orang yang memanggil untuk membeli sayuran mbok inah, waktu sudah hampir sore mbok inah melanjutkan menuju arah pulang dengan harapan ada yang membeli sayuran untuk makan besok. adzan magrib sudah tiba mbok inah sampai dirumahnyakemudian mbok inah bergegas mandi dan melaksanakan shalat magrib.
keesokan harinya mbok inah kembali keliling desa namun dagangan yang dibawa mbok inah sudah tidak segar lagi karena mbok inah tidak punya uang untuk belanja kembali tabungannya sudah di ambil untuk membetulkan sepeda yang biasa dinakin berjualan. hari ini pun orang kampung tidak ada yang membeli sayurnya mereka rupanya sudah berlangganan denga toko sayuran yang berada di persimpangan jalan.
malam harinya mbok inah memikirkan nasib yang dialaminya sudah dua hari berturut turut daganannya tidak laku terjual. sayuran yang tidak laku tersebut akhirnya di masak untuk besok sisanya dikasihkan tetangga untuk dimasak karena sayang jika tidak dimasak layu dan mubazir. keesokan pagi harinya mbok inah berangkat kepasar untuk membeli sayuran dengan modal menjual radio satu satunya yang biasa menemani hari hari menghibur dirumah.
kali ini mbok inah dengan penuh semangat menjual sayuran berharap kali ini jualannya laris sehingga bisa mengembalikan modal yang kemarin tidak kembali, hari sudah memasuki senja , mbok inah dengan tubuh yang letih memasuki pekarangan rumahnya, kemudian bergegas mengambil air wudlu dan melaksanakan shalat magrib. selesai shalat mbok inah kembali melamun, ternyata hari inipun sayuran tidak laku terjual. seandainya besok dijual lagi maka hanya rasa capek yang didapat. lagipun sekarang sudah ada toko sayuran yang lebih lengkap sehingga warga memilih berbelanja disana. mbok inah menatap tudung saji yang menutupi makan malamnya. kemudian menatap isi keranjang dagangan. dia ingat pepatah " jika payung sudah tidak mampu menutupi badanmu dari air hujan setidaknya masih bisa meutupi anda dari terik matahari" .
malam ini mbok inah tidak jadi langsung tidur dia memotongi sayuran yang tidak laku dijual, kemudian mencucinya bersih. lalu mbok inah tidur sebentar hingga pukul 2 pagi.
mbok inah terbangun lalu menghampiri sayuran yang telah dibersihkan semalam sebelum tidur kemudian mbok inah memasak sayuran tersebut menjadi beberapa macam. ditaruhnya sayuran yang sudah dimasak kedalam wadah dan dimasukan kedalam keranjang. jam 6 pagi semua sudah siap mbok inah selesai mandi langsung mengayuh sepedanya keliling kampung menawarkan sayuran yang sudah masak.
rupanya ibu ibu pada tertarik untuk membeli sayuran yang dijual mbok inah, karena sebagian dari mereka ada yang sibuk dan tidak sempat memasak untuk anak dan suaminya yang hendak berangkat menuju tempat kerja. ada juga anak anak kos yang ingin terkadang tidak sempat masak dan ingin berhemat. alhasil dagangan mbok inah cepat habis terjual bahkan sewaktu pulang diperjalanan para ibu ibu mengatakan kalau dia puas dengan masakan mbok inah hal ini terbukti suami dan anak mereka sangat senang.
dari cerita mbok inah yang awalnya adalah pedagang sayuran kemudian beralih menjadi penjual sayur masak, telah mengispirasi kepada kita semua bahwa setiap cobaan dan permasalahan bukanlah sebuah hukuman melainkan sebuah pesan yang disampaikan oleh Tuhan YME melalui berbagai cara agar kita mau berfikir dalam menghadapi situasi yang setiap saat pasti berubah. seperti sebatang pohon kelapa sewaktu dia masih hidup sangat bermanfaat buahnya namun sewaktu pohonnya mati dia haris menerima jika batang dan daunnya digunakan untuk kayu bakar. pada intinya setiap kita diberi cobaan haruslah selalu berfikir sebuah pesan tidak tertulis yang harus kita terjemahkan sendiri dengan segala usaha yang diridloi oleh Alloh SWT.
kisah mengharukan penjual sayur yang tabah.
4/
5
Oleh
Mas Budiman