Baca Juga
pagi itu disebuah perempatan jalan menuju istana merdeka jakarta berdirilah seorang ibu dengan pakaian lusuh mengenakan penutup kepala selendang batik. ibu surti sipenjual gorengan usia 55 tahun menatap pengendara yang berhenti di setiap lampu merah dekat dengan gerobak reot miliknya.
tiba tiba dari arah belakang seorang pemuda mematahkan lamunan si ibu.
" bu, gorengan campur 10 rb "
" oh, iya nak" sambil membungkus gorengan yang dipesannya.
" terimakasih bu" sambil belalu dari tempat jualan ibu surti.
begitulah setiap hari dilalui oleh ibu surti penjual gorengan dengan gerobak reot miliknya. tak berapa lama seorang bapak mengahmpirinya lagi,
" pagi bu?" sapa sang bapak mendekati ibu surti.
" pagi juga pak, mau beli berapa?" tanya ibu surti kepada bapak yang mengenakan kaos putih dengan celana trening warna biru tua dan sepatu olah raganya.
" biar aja bu saya ambil sendiri nanti tinggal di hitung" sambil makan gorengan dan duduk di kursi plastik.
ibu surti seakan mengenal betul sosok bapak yang duduk dikursi , ingatannya langsung mengarah kepada seorang laki laki yang sedang memakan gorengan yang dijualnya. tiba tiba lamunan bu surti buyar setelah bapak itu bertanya.
" ibu sudah lama jualan ? ". tanya seorang bapak berkaos putih.
" m....sudah pak, sudah 20 tahun lebih" jawab ibu surti dengan nada gemetar.
" ibu sendirian jualan, anak dan suami ibu mana, ko ngga ada yang bantu? tanya bapak itu lagi.
" m.......suami saya sudah lama meninggal pak kecelakaan, kemudian saya jualan bergantian dengan anak saya satu satunya ". jawab ibu surti.
" terus anak ibu kerja apa dan dimana sekarang ?" tanyanya lagi seolah penasaran dengan kehidupan ibu surti.
" kalo pagi anak saya kuliah pak, setelah pulang kuliah baru kesini gantikan saya jualan" jawab ibu surti sambil menutupi gorngannya agar tidak terkena debu.
" oh begitu, berapa bu semuanya? gorengan tiga tempe sama tahu isi ". tanya bapak tersebut.
" dua ribu saja pak" jawab ibu surti.
" ini bu , kembaliannya ambil saja yah ". sambil berlalu pergi di ikuti para pengawal yang sejak tadi berpura pura menjauh darinya beliau berbicara dalam hati " di usianya yang tua seorang ibu masih memperjuangkan anaknya untuk maju, untuk mengikuti perkembangan jaman meski keadaan memaksanya untuk berjuang dalam kemiskinan namun tidak pernah mejadi penghalang dalam menciptakan generasi penerus bangsa berpendidikan dan berkepribadian sederhana karena dikenalkan dengan perjuangan untuk mencapai gelar pendidikan dengan usaha yang memerlukan mental dan kesabaran, yah seorang mahasisiwa harus menggantikan ibunya berjualan gorengan sepulang kuliah adalah penerapan mental seorang penerus bangsa yang tidak akan menyerah dan malu meki harus berhadapan dengan keadaan dan dan perjuangan demi menjadi orang yang bisa mengangkat derajat orang tuanya dan bangsanya nanti ".
" bapak presiden, terimakasih sudah singgah di tempat jualan saya" dalam hati ibu surti berbicara.
tiba tiba dari arah belakang seorang pemuda mematahkan lamunan si ibu.
" bu, gorengan campur 10 rb "
" oh, iya nak" sambil membungkus gorengan yang dipesannya.
" terimakasih bu" sambil belalu dari tempat jualan ibu surti.
begitulah setiap hari dilalui oleh ibu surti penjual gorengan dengan gerobak reot miliknya. tak berapa lama seorang bapak mengahmpirinya lagi,
" pagi bu?" sapa sang bapak mendekati ibu surti.
" pagi juga pak, mau beli berapa?" tanya ibu surti kepada bapak yang mengenakan kaos putih dengan celana trening warna biru tua dan sepatu olah raganya.
" biar aja bu saya ambil sendiri nanti tinggal di hitung" sambil makan gorengan dan duduk di kursi plastik.
ibu surti seakan mengenal betul sosok bapak yang duduk dikursi , ingatannya langsung mengarah kepada seorang laki laki yang sedang memakan gorengan yang dijualnya. tiba tiba lamunan bu surti buyar setelah bapak itu bertanya.
" ibu sudah lama jualan ? ". tanya seorang bapak berkaos putih.
" m....sudah pak, sudah 20 tahun lebih" jawab ibu surti dengan nada gemetar.
" ibu sendirian jualan, anak dan suami ibu mana, ko ngga ada yang bantu? tanya bapak itu lagi.
" m.......suami saya sudah lama meninggal pak kecelakaan, kemudian saya jualan bergantian dengan anak saya satu satunya ". jawab ibu surti.
" terus anak ibu kerja apa dan dimana sekarang ?" tanyanya lagi seolah penasaran dengan kehidupan ibu surti.
" kalo pagi anak saya kuliah pak, setelah pulang kuliah baru kesini gantikan saya jualan" jawab ibu surti sambil menutupi gorngannya agar tidak terkena debu.
" oh begitu, berapa bu semuanya? gorengan tiga tempe sama tahu isi ". tanya bapak tersebut.
" dua ribu saja pak" jawab ibu surti.
" ini bu , kembaliannya ambil saja yah ". sambil berlalu pergi di ikuti para pengawal yang sejak tadi berpura pura menjauh darinya beliau berbicara dalam hati " di usianya yang tua seorang ibu masih memperjuangkan anaknya untuk maju, untuk mengikuti perkembangan jaman meski keadaan memaksanya untuk berjuang dalam kemiskinan namun tidak pernah mejadi penghalang dalam menciptakan generasi penerus bangsa berpendidikan dan berkepribadian sederhana karena dikenalkan dengan perjuangan untuk mencapai gelar pendidikan dengan usaha yang memerlukan mental dan kesabaran, yah seorang mahasisiwa harus menggantikan ibunya berjualan gorengan sepulang kuliah adalah penerapan mental seorang penerus bangsa yang tidak akan menyerah dan malu meki harus berhadapan dengan keadaan dan dan perjuangan demi menjadi orang yang bisa mengangkat derajat orang tuanya dan bangsanya nanti ".
" bapak presiden, terimakasih sudah singgah di tempat jualan saya" dalam hati ibu surti berbicara.
kisah ibu penjual gorengan yang mengharukan
4/
5
Oleh
Mas Budiman