Baca Juga
Buat Istri yang Memiliki Suami Tukang ‘Ngambek’, Ini Dia Solusinya!
Rasulullah memerintahkan umatnya untuk saling melengkapi satu dengan lainya yaitu antara insan lelaki dengan perempuan dalam mahligai pernikahan. Karena beliau bercita-cita makin lama umat muslim semakin banyak, karena itu lelaki yang sudah dewasa disunnahkan untuk segera menikah dan mempunyai keturunan yang sholeh dan sholehah.
Tujuanya satu, yaitu menguatkan syariat Islam. Agama untuk semua umat yang mengajarkan kebaikan dalam setiap sendi kehidupan baik antara manusia sendiri maupun dengan sang Pencipta.
Namun membangun biduk rumah tangga memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Menyatukan dua manusia dengan dua kepribadian jelas bukan perkara gampang. Inilah yang membuat pernikahan terasa sulit dijalani bila tidak disertai ikatan cinta dan komitmen yang kuat.
Salah satu masalah yang sering ditemukan ialah kondisi karakter masing-masing pasangan yang berubah tiga ratus enam puluh derajat setelah menikah dan hidup bersama. Misalnya, perangai mudah marah, mudah cemburu, super sensitif dan cuek.
Seperti yang diungkapkan oleh Elly Nagasaputra, MK, CHt, konselor pernikahan di konselingpernikahan.com. Menurut Elly, setidaknya ada tiga faktor penyebab suami mudah marah dan super sensitif yang harus Anda ketahui.
Selain memaparkan tiga faktor penyebab pasangan mudah marah, Elly juga memberikan tips mengatasi suami pemarah yang kerap Anda temukan sehari-hari sebagai pasangan hidup.
Berikut 3 faktor penyebab suami mudah marah dan super sensitif dan solusi mengatasinya dilansir dari nova.grid.id,
1. Sifat dan Karakter Asli
Boleh jadi perangai doyan marah dan mudah tersinggung atau moody yang ditunjukkan pasangan sebenarnya merupakan sifat aslinya.
Mungkin ketika masa pacaran, ia tampak baik, sabar, pemaaf dan sebagainya. Wajar saja karena ia berusaha menunjukkan sikap terbaik pada sang pujaan hatinya.
Nah, begitu menikah, setelah beberapa waktu kemudian, tampaklah “wujud” sebenarnya. Jadi selama ini yang ditunjukkan adalah kepura-puraan semata.
Tak mudah memang mengubah karakter asli, apalagi bila sudah dewasa. Menjadi sebuah tantangan yang rumit bagi pasangan apalagi bila diketahui sifat aslinya setelah beberapa tahun menikah. Dulu kok terlihat baik, sekarang mudah tersinggung dan sensitif.
“Dalam hal ini, pasangan harus mampu menempatkan diri sebagai partner yang bisa membantu mengurangi pemicu yang membuat ia jadi super sensitif.”
Jadi, yang mungkin bisa dilakukan adalah mencoba meminimalisasi potensi ia “meledak”. Misalnya, kita tahu bahwa pasangan cenderung orang yang on time. Jadi, begitu suami sudah siap berangkat pergi tapi kita masih belum kelar dandan, bisa saja ia jadi marah.
Contoh lain, istri cenderung rapi menata isi rumah, tapi begitu suami dengan santai meletakkan koran tidak pada tempatnya, bisa saja istri ngamuk.
“Maka sebagai solusinya kita perlu sensitif atas sifat, karakter ataupun kepribadian pasangan. Ketahui hal-hal apa saja yang bisa memicu ia menjadi bersikap supersensitif. Dengan begitu, kemungkinan konflik rumah tangga lantaran perubahan sikap ini semoga tak terwujud nyata,” ujar Elly.
Kemudian, perlu ada pemahaman bersama bahwa pasangan juga harus berusaha menurunkan tingkat atau kadar sensivitasnya. Walaupun tidak berarti mengubah total kepribadiannya, setidaknya dapat menurunkan derajat sensitivitasnya.
2. Pengaruh Eksternal
Adanya pemicu dari luar lingkungan bisa juga menyebabkan seseorang menjadi supersensitif. Boleh jadi sifat asli pasangan memang tak mudah marah, kalem, atau pada dasarnya baik. Akan tetapi, ketika ia menghadapi tekanan dari luar secara bertubi-tubi, mungkin saja ia menjadi super sensitif.
Contoh lain adalah ekspektasi yang tak sesuai dengan kenyataan. Mungkin seorang istri berharap suaminya memberi perhatian lebih, berbagi mengurus anak dan sebagainya.
Akan tetapi, kejadian tak sesuai harapan. Usai pulang kerja, suami kecapekan dan langsung tidur. Nah, istri jadi sensitif karena harapannya tak terwujud. Yang terjadi, istri jadi uring-uringan dan akhirnya memicu pertengkaran dengan pasangan.
“Ketika pasangan menjadi super sensitif, kita coba untuk duduk bersama. Luangkan waktu untuk membicarakan hal ini. Katakan dengan jujur bahwa sikap pasangan akhir-akhir berubah menjadi super sensitif. Tanyakan apa yang menjadi akar persoalannya, apakah tekanan pekerjaan yang terlalu berat dan sebagainya. Bila sudah diketahui akar masalahnya, selanjutnya bisa dicari jalan keluarnya berdua,” paparnya.
Begitupun bila pemicunya adalah faktor ekonomi atau finansial. “Masalah keuangan sangat mungkin membuat seseorang menjadi super sensitif.” Apalagi pria sebagai kepala rumah tangga dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan keluarga.
Sebaliknya, ketika kondisi perekonomian tidak memadai, yang terjadi adalah kerisauan yang berujung pada konflik dengan pasangan. Karena itu, perlu duduk bersama untuk membicarakan akar masalahnya dan mencari solusi.
Misalnya, apakah ada pos-pos pengeluaran yang perlu dihemat, apakah perlu mencari penghasilan tambahan, atau bahkan pindah tempat kerja untuk mendapat gaji yang lebih tinggi.
“Jadi, intinya duduk bersama, temukan akar masalah dan berusaha mencari solusi. Terkait masalah ekonomi ini, suka tak suka tentu harus dihadapi berdua. Apakah menurunkan derajat kehidupan, tidak lagi naik mobil tapi bus, misalnya. Jadi, kalau tidak dengan kepala dingin, ujung-ujung berantem terus dan pasangan masing-masing jadi supersensitive,” saran Elly pada tabloidnova.com seputar tips mengatasi suami pemarah.
3. Faktor Kombinasi
Pasangan menjadi super sensitif lantaran dua faktor, yaitu memang dasarnya berkarakter sensitif sekaligus ditambah ada pemicu lain di luar dirinya.
Untuk menangani hal ini tentu perlu diupayakan penanganan yang kombinasi juga masing-masing seperti yang sudah diuraikan di atas.
Sumber: wajibbaca.com
Istri yang Memiliki Suami Tukang ‘Ngambek’
4/
5
Oleh
Mas Budiman